PENGTURAN ASAM BASA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam
dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan
sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa,
ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya
Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna
biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat
ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari
7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki
pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH
meter. Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin
menjelaskan tentang keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal
- hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan bagaimana
asuhan keperawatan yang di berika pada pasien dengan gangguan keseimbangan
cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asam Basa
Ion hidrogen
adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang
mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam
larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam
hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen ( H+
) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).
Basa adalah ion
atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat ( HCO3-),
adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3). Demikian juga ( HPO4
) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk
membentuk ( H2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga
berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan
muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin
dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang
lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah
“basa“ sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali adalah
suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium,
kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion
Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi
secara tepat dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan
oleh karena itu, merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa,
istilah “alkolis” merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen
dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan
dikenal sebagai “asidosis“.
B.
Asam dan basa yang kuat dan lemah
Asam kuat
adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya
dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat
adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah
OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O
). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3-
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan
pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
C.
Keseimbangan Asam Basa
Derajat
keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh
manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Beberapa
prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis
mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH
> 7.45
2. CO2
(karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3
(bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti
terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti
terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.
D.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan
asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia Ginjal
memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh
menggunakan penyangga pH (buffer).
Tubuh
menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH
bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga
pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu
komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen
asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih
banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan
karbondioksida.
Karbondioksida
adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang
dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit demi menit.
E.
Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam Basa
Gangguan
pada asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO2 cairan
ekstraseluler oleh paru-paru. Peningkatan cairan ekstra seluler akan menurunkan
pH, sedangkan penurunan Pco2 akan meningkatkan pH. Oleh karena
itu dengan menyesuaikan Pco2 meningkat atau menurun, paru-paru
secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler.
Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan ekstraseluler yang
melalui kerja massa akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya
penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi
ion hidrogen dalam cairan ekstraseluler.
1. Ekspirasi CO2
paru-paru mengimbangi pembentukan CO2 metabolik.
CO2 dibentuk
secara teruss menerus dalam suhu tubuh melalui proses metabolisme intraseluler.
Setelah itu CO2 berdifusi dari sel masuk kedalam cairan
interstisial dan darah, dan aliran darah mentranspor CO2 ke
paru, tempat CO2 berdifusi kedalam alveoli dan kemudian ditransfer
ke atmosfer melalui paru-paru. Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2
mol/liter CO2 yang terlarut dalam cairan ekstraseluler, yang
sama dengan Pco2 40 mmHg.
Bila
kecepatan pembentukan CO2 metabolik meningkat, Pco2
cairan ekstraseluler juga meningkat. Sebaliknya penurunan kecepatan metabolik
menurunkan Pco2. Bila kecepatan ventilasi paru-paru dan Pco2 dalam
cairan ekstraseluler menurun. Oleh karena itu perubahan ventilasi paru atau
kecepatan pembentukan CO2 oleh jaringan dapat mengubah Pco2
cairan ekstraseluler.
2. Peningkatan
ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan
meningkatkan pH
Bila
pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain
yang mempengaruhi Pco2 dalam cairan ekstraseluler adalah
kecepatan ventilasi alveolus, semakin rendah Pco2 dan
sebaliknya, semakin rendah kecepatan ventilasi alveolus, semakin tinggi Pco2
. bila konsentrasi CO2 meningkat, konsentrasi H2CO3
dan konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga menurunkan pH cairan
ekstraseluler.
3. Peningkatan
konsentrasi ion hidrogen merangsang ventilasi alveolus
Tidak hanya
kecepatan ventilasi alveolus saja yang mempengaruhi konsentrasi ion hidrogen
dengan mengubah Pco2 cairan tubuh, tetapi konsentrasi
ion hidrogen juga mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus. Kecepatan alveolus
meningkatkan empat sampai lima kali kecepatan normal sewaktu pH turun dari
nilai normal. Oleh karena itu kompensasi pernapasan terhadap peningkatan pH
tidak seefektif respon penurunan pH yang nyata.
4. Kontrol
umpan balik konsentrasi hidrogen oleh sistem pernapasan
Karena
peningkatan konsentrasi ion hidrogen meransang pernapasan dan karena
peningkatan ventilasi alveolus sebaliknya menurunkan konsentrasi ion
hidrogen, sistem pernapasan bekerja sebagai kontrol umpan balik negatif yang
khas untuk konsentrasi ion hidrogen :
( H+
) ventilasi alveolus
( -
) Pco2
Yaitu
kapanpun konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal, sistem pernapasan
dirangsang dan diventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini menurunkan Pco2
cairan ekstraseluler dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen kembali
menuju normal. Sebaliknya bila konsentrasi ion turun dibawah normal, pusat
pernapasan menjadi tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi ion
hidrogen meningkat kembali menuju normal.
5. Efisiensi
kontrol pernapasan terhadap konsentrasi ion hydrogen
Kontrol
pernapasan tidak mengembalikan konsentrasi ion hidrogen kembali normal bila
beberapa gangguan diluar sistem pernapasan telah menghambat pH, biasanya
mekanisme pernapasan untuk mengontrol konsentrasi ion hidrogen mempunyai
efektifitas antara 50 dan 75 persen. Bila konsentrasi ion hidrogen tiba-tiba
meningkat melalui penambahan asam kedalam cairan ekstraseluler dan pH turun
dari 7,4 menjadi 7,0 , sistem pernapasan dapat mengembalikan pH ke nilai
sekitar 7,2 sampai 7,3. Respon ini terjadi dalam waktu 3 sampai 12 menit.
6. Kekuatan
pernapasan sistem pernapasan
Pengaturan
pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem penyangga
fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan menjaga konsentrasi
ion hidrogen dari perubahan yang terlalu besar sampai respon ginjal yang kebih
lambat dapat menghilangkan ketidak seimbangan. Pada umumnya seluruh tenaga
penyangga sistem pernapasan adalah satu sampai dua kali lebih besar daripada
tenaga penyangga seluruh penyangga kimia lainnya dalam gabungan cairan ekstrasel.uler.
artinya satu sampai dua kali lebih banyak asam atau basa yang secara normal
dapat disangga oleh mekanisme ini daripada oleh penyangga kimia.
Akan tetapi
gangguan pernapasan dapat juga menyebabkan perubahan konsentrasi ion hidrogen.
Sebagai contoh, gangguan fungsi paru untuk menghilangkan CO2
keadaan ini kemudian menyebabkan pembentukan CO2 dalam cairan
ekstraseluler dan kecenderungan ke arah asisdosis respirotarik. Juga kemampuan
untuk memberi respon terhadap oksidasi metabolik menjadi terganggu karena
pengurangan kompensasi Pco2 yang secara normal akan menjadi
tumpul. Pada keadaan ini ginjal menjadi mekanisme fisiologis tunggal yang masih
ada untuk mngembalikan pH ke arah normal setelah terjadi penyanggaan kimia awal
dalam cairan ekstraseluler.
F.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1.
Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis
Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.
Kecepatan
dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
-
Emfisema
-
Bronkitis kronis
-
Pneumonia berat
-
Edema pulmoner
-
Asma.
Selain itu,
seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur
yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala
dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut
menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi
dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu.
Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun
proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d.
Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah
arteri.
e.
Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik
bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk
memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan
dengan bantuan ventilator mekanik.
2.
Asidosis Metabolik
a.
Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman
darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
b.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat
dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah:
1.
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti
beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis
metabolik.
2.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan
asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali
dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3.
Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang
semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan
fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi
pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam.
-
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
-
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
-
Ketoasidosis diabetikum
-
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
-
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis
salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
-
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, leostomi atau kolostomi.
c.
Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak
menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan
kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis,
penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual
dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d.
Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan
hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di
pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai
contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk
mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan
bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang
tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik
tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3.
Alkalosis Respiratorik
a.
Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu
keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b.
Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang
paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
-
rasa nyeri
-
sirosis hati
-
kadar oksigen darah yang rendah
-
demam
-
overdosis aspirin.
c.
Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat
penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan
wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan
kesadaran.
d.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran
kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat.
e.
Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan
yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah
kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya
adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan
nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan
kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan
penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal
dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam
satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
4.
Alkalosis Metabolic
a.
Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu
keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b.
Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika
tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti
yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan
perut). Pada kasus
yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
-
Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam
etakrinat)
-
Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
-
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing
atau akibat penggunaan kortikosteroid).
c.
Gejala
Alkalosis metabolik dapat
menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang otot;
atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat,
dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d.
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri
untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e.
Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi
dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang
berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar